Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 1 Glenmore Banyuwangi Tahun 2016; Implikasi Kebijakan Sekolah tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.
Abstract
Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai dan gaya hidup mereka. Perubahan gaya hidup yang diantaranya korupsi waktu, melakukan hubungan seks, serta kasus narkoba. Kelompok remaja yang melakukan hubungan seksual remaja umumnya masih bersekolah di tingkat menengah atas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja di kabupaten Banyuwangi; Implikasi kebijakan sekolah tentang kesehatan reproduksi remaja.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif penjelasan (Explanatory Research) dengan menggunakan metode belah lintang (cross secsional). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Glenmore Banyuwangi yang berjumlah 319 orang. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 175. Metode pengambilan sampel mengunakan teknik acak sederhana (simple random sampling). Metode pengumpulan data mengunakan kuesioner. Teknik analisis data bivariat mengunakan uji pearson product moment. Dan analisis data multivariat menggunakan uji regresi linear berganda dan metode yang dipakai enter.
Hasil analisis bivariat menunjukan ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas seksual remaja diantaranya 1) pengendalian diri dengan p=0,002, 2) Akses Informasi dengan p=0,020, 3) sikap teman sebaya p= 0,16, 4) peraturan sekolah p= 0,000, 5) monitoring guru p= 0,028, sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh religiulitas, pengetahuan tentang HIV, IMS, dan Kespro, dan sikap terhadap kespro. Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap aktivitas seksual remaja adalah peraturan sekolah dengan Exp (B) = 8,429.
Ada tidaknya peraturan sekolah sangat berpengaruh terhadap aktivitas seksual remaja, hendaknya peraturan yang ada di sekolah diperketat dan disosialisasikan kepada siswa sehingga mengurangi angka kejadian seksual remaja di SMA.